Posted by : M Wildan Ardian Sunday, September 29, 2013

1. Di Stefano dan Puskas
Alfredo di Stefano (tengah) adalah forward dengan power, stamina serta visi luar biasa dan dapat bermain nyaris di posisi apa saja. Sementara itu, Ferenc Puskas (dua dari kanan) adalah mesin gol pemenang empat Pichichi selama memperkuat Real Madrid.

Kedua orang ini merupakan elemen penting dalam dominasi total Los Merengues selama periode 1950 hingga 1960-an.

Di La Liga musim pertamanya, Puskas mengoleksi empat hat trick. Pada tahun 1963, Puskas mencetak dua hat trick ke gawang Barcelona, satu di Bernabeu dan satu di Camp Nou.

Bersama dari 1958 sampai 1964, duet ini mengoleksi total 358 gol dan membantu Madrid memenangi tujuh trofi bergengsi.



2. Garrincha dan Pele
Di Piala Dunia 1958, Brasil belum memiliki nama besar seperti sekarang. Saat itu, Selecao bahkan belum pernah menjadi juara dunia.

Hadirlah Garrincha dan seorang bocah usia 17 tahun bernama Pele.

Pasangan ini melakoni debut bersama di pertandingan ketiga melawan USSR. Keduanya tak mencetak gol di laga tersebut. Namun, itulah awal dari generasi emas Brasil.

Gol Pele ke gawang Wales di perempat final, hat trick-nya melawan Prancis di semifinal dan double saat menundukkan Swedia di final mengantarkan Brasil merebut gelar Piala Dunia pertamanya.

Empat tahun kemudian, Pele semakin matang. Garrincha finis sebagai top scorer, dan Brasil berdiri di puncak dunia untuk kali kedua.



3. Gullit dan Van Basten
Duo Belanda Ruud Gullit dan Marco Van Basten identik dengan gelar juara sepanjang kariernya, baik di level klub maupun tim nasional.

Bersama AC Milan, keduanya adalah ancaman nyata setiap lawan. Mereka membantu Rossoneri menjuarai European Cup secara beruntun pada 1989 dan 1990 dengan mengandaskan Steaua Bucharest serta Benfica.

Bersama Belanda, kombinasi Gullit-Van Basten memberi titel Piala Eropa 1988. Di turnamen itu, Gullit hanya mengoleksi satu gol, tapi Van Basten tak terhentikan dengan lima golnya.


4. Beardsley dan Lineker
Salah satu duet striker terbaik yang pernah dimiliki tim nasional Inggris.

Gary Lineker dan Peter Beardsley adalah pasangan hebat pada era 1980 dan 1990-an. Di Piala Dunia 1986, Three Lions mencetak total tujuh gol. Lineker menyumbang enam, sedangkan Beardsley satu.

Duet ini juga berperan besar membawa Inggris ke semifinal Piala Dunia 1990, di mana mereka dikandaskan juara edisi tersebut, Jerman.

Lineker menyebut Beardsley sebagai partner terbaik sepanjang kariernya.



5. Voller dan Klinsmann
Jerman Barat menjuarai Piala Dunia 1990 dengan skuad yang luar biasa tangguh. Namun, kontribusi terbesar datang dari tiga sumber gol utamanya.

Yang satu adalah Lothar Matthaus dari lini tengah, sedangkan dua yang lain merupakan duet predator di barisan terdepan.

Rudi Voller dan Jurgen Klinsmann adalah mimpi buruk bagi para pemain bertahan. Total, keduanya mencetak enam gol di turnamen tersebut dan membantu Jerman Barat memuncaki Grup D dengan perbedaan gol yang sangat jauh jika dibadingkan tiga tim pesaingnya.



6. Sutton dan Shearer
Siapa yang bisa melupakan "SAS"?

Chris Sutton dan Alan Shearer sukses melesatkan Blackburn ke puncak tertinggi Inggris berkat rentetan gol mereka. Perlawanan Aston Villa dan Manchester United pun mereka patahkan hingga pekan pamungkas.

Beberapa tahun berselang, Shearer berduet dengan Teddy Sheringham di timnas Inggris. Beberapa meyakini mereka sebagai "SAS" kedua. Akan tetapi, kombinasi modifikasi itu tidak dapat menandingi versi aslinya.



7. Cole dan Yorke
Pada eranya, duet striker Andy Cole dan Dwight Yorke merupakan salah satu yang paling ditakuti di seantero Eropa.

Pada musim 1998/99, Manchester United sukses meraih treble Premier League, Piala FA dan Liga Champions berkat dukungan duet ini. Cola serta Yorke tampil luar biasa dan menyumbangkan total 53 gol untuk United.

Seolah dihubungkan dengan telepati, kombinasi umpan-umpan satu sentuhan dan assist mereka nyaris tak bisa dihentikan oleh lini pertahanan tim-tim lawan.



8. Crespo dan Chiesa
Salah satu duet striker paling tajam di Italia pada era 1990-an.

Kombinasi Hernan Crespo dan Enrico Chiesa di Parma sanggup menghasilkan rata-rata puluhan gol setiap musimnya.

Crespo dan Chiesa membantu Gialloblu menyabet trofi Coppa Italia 1998/99 serta Supercoppa Italiana 1999. Dalam partai puncak Piala UEFA di Luzhniki Stadium, Moscow, pada tahun yang sama, keduanya mencetak masing-masing satu gol ke gawang Marseille ketika Parma menang tiga gol tanpa balas dan keluar sebagai juara.



9. Gudjohnsen dan Hasselbaink
'Fire and Ice' adalah julukan yang diberikan kepada duet ini selama bermain di Stamford Bridge.

Di atas lapangan, Jimmy Floyd Hasselbaink selalu tampil penuh energi, sedangkan Eidur Gudjohnsen dikenal lebih tenang. Dua karakter bertolak belakang ini sukses menciptakan kombinasi mematikan di lini depan Chelsea.

Pada musim 2001/02, duet Gudjohnsen-Hasselbaink mencetak total 52 gol (23 dan 29) dan membawa the Blues finis peringkat enam di Premier League, melangkah hingga semifinal Piala Liga serta menjadi runner-up Piala FA.



10. Henry dan Bergkamp
Thierry Henry dan Dennis Bergkamp merupakan salah satu duet penyerang terbaik yang pernah ada. Keduanya sangat kompak ketika di Arsenal.

Bergkamp adalah support striker papan atas, sedangkan Henry adalah seorang pencetak gol alami dari berbagai posisi.

Tujuh tahun memperkuat the Gunners, mereka memenangkan dua titel Premier League dan tiga Piala FA.



11. Raul dan Morientes
Bersama Raul, Fernando Morientes membentuk salah satu kombinasi predator paling mematikan dalam sejarah Real Madrid.

Tujuh tahun di Santiago Bernabeu, dengan Raul sebagai partner sehatinya, Morientes membantu Los Merengues memenangi dua gelar La Liga, tiga titel Supercopa de Espana, tiga trofi Liga Champions, satu Piala Super Eropa, dan dua Piala Interkontinental.

Duet ini bubar setelah Morientes hengkang ke Liverpool pada 2005. Raul sendiri tetap di Bernabeu sebelum akhirnya hijrah ke Jerman pada tahun 2010 silam.



12. Del Piero dan Trezeguet
Alessandro Del Piero dan David Trezeguet merupakan duet lini depan terbaik dalam sejarah panjang Juventus.

Bersama, mereka mempersembahkan empat gelar Serie A untuk La Vecchia Signora, meski dua di antaranya dicabut setelah merebaknya Calciopoli.

Keduanya bahkan tetap setia membela panji Juventus ketika diturunkan ke kasta kedua Italia akibat skandal tersebut.

Pada musim 2007/08, Del Piero menjadi top scorer Serie A dengan torehan 21 gol, sedangkan Trezeguet di peringkat kedua dengan selisih satu bola.



13. Eto'o dan Milito
Duet mesin gol yang berperan besar dalam kesuksesan Inter Milan meraih treble bersejarah pada musim 2009/10 dengan memenangi Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions.

Saat itu, Inter menjadi tim ke-6 di Eropa dan pertama di Italia yang sanggup meraih tiga gelar bergengsi dalam satu musim.

Pada musim tersebut, di semua kompetisi, Samuel Eto'o mencetak total 16 gol, sedangkan Diego Milito 30. Dari semua gol Milito, dua di antaranya dia ciptakan dalam partai penentuan juara Eropa melawan raksasa Jerman Bayern Munich di Santiago Bernabeu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Wildan CTz - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Wildan Ctz -